Tentang Kamu
"Siapa dirimu?"
Mungkin itu adalah pertanyaan yang terlintas dibenak ku sebelum aku kenal kamu.
Seperdelapan windu yang lalu.
Perkenalan kita memang terdengar cliche.
Di suatu peristiwa biasa.
Hal yang sungguh sewajarnya dan semestinya.
Hingga akhirnya membuat kita sering bertemu dan bercerita.
Banyak hal tentunya.
Tentang kehidupan, keluarga, apa yang sedang kita jalani saat ini, dan apa impian kita di masa depan.
(Di bawah terik matahari)
Pada kala itu entah kenapa akhirnya kita berbincang, hanya berdua, di bawah terik matahari.
Kala itu kamu menceritakan tentang awal kehidupan mu saat dulu kala.
Aku pun hanya menjadi pendengar yang sesekali terlibat dan bercerita hal serupa.
Kurang lebih 90 menit kita berbincang.
Dari selesai jam makan siang, hingga orang-orang hendak pulang.
Itu menjadi pertama kali saat aku akhirnya melihat sebuah pancaran sinar dari diri mu.
Ternyata kamu tidak seperti yang selama ini aku pikirkan.
Ternyata kamu memiliki aura positive yang selama ini belum ku temukan.
(Di bawah sore senja)
Di bawah sore senja dalam suatu waktu akhirnya kesempatan itu datang lagi.
Saat matahari berada di penghujung hingga akhirnya tenggelam.
Saat bising orang-orang bercengkrama di sekitar.
Sore senja itu terasa berlalu begitu cepat, hingga akhirnya aku menyadari bahwa sudah seharusnya berpisah.
Mentari tenggelam dan membawa cerita yang akan selalu ku ingat.
Sore senja beratus menit itu memberikan pembelajaran dan pengalaman bagi diri ku.
Sore senja juga menambah aura positive yang ku lihat dari diri mu.
Sore senja membuat ku ingin memiliki sore yang utuh tanpa perlu tenggelamnya mentari.
Sore senja membuat ku meminta ia berhenti sesaat karena aku sedang menikmati waktu dengan mu.
Sore senja membuat ku mengerti bahwa aku butuh sosok seperti mu dalam hidup ku.
Akhirnya, sore senja lah yang membawa ku mengerti diri ini.
(Di bawah bintang-bintang)
Kebersamaan itu terjadi di bawah rembulan, di bawah bintang-bintang.
Saat itu aku ingin waktu berhenti.
Aku hanya berada di samping mu menikmati indahnya langit malam.
Bintang-bintang saat itu seperti cahaya yang kamu bilang sama indahnya dengan yang pernah kamu lihat.
Di bawah bintang-bintang kita tidak terlalu banyak bercerita seperti saat mentari ada.
Tak banyak kata-kata yang keluar.
Hanya sepatah dua patah kata untuk memecah heningnya malam.
Di bawah bintang-bintang kita lebih banyak memandang langit dan terdiam tanpa banyak bicara.
Di bawah bintang-bintang saat akhirnya aku memahami diri mu dalam diam.
Dan di bawah bintang-bintang aku merasa diri mu hadir dan menjaga ku dari gelapnya malam.
Kini cerita kita berakhir di sore senja.
Ketika pada akhirnya aku menyadari bahwa mentari ditugaskan hadir untuk membawa seluruh cerita.
Meninggalkan malam yang diam tanpa bintang-bintang.
Meninggalkan malam yang membuat ku berpikir, apakah perlu ku kejar mentari?
Meninggalkan malam yang membuat ku menyadari bahwa aku butuh mentari seperti diri mu saat ini.
Berharap akan datang waktu ketika mentari hadir dengan sebuah cerita indah yang disambut rembulan serta bintang-bintang.
---
PS: Teruntuk kamu, sang mentari.
Aku harap kamu akan baik-baik saja.
Dan aku merindukan mu dan cerita mu.
Comments
Post a Comment